Selasa, 12 April 2011

Burung Pemangsa Hama Ini Menghilang

Rembang - Populasi burung blekok dan kuntul di berbagai daerah di Kabupaten Rembang mulai menipis bahkan keberadaannya nyaris hilang karena perburuan dan perubahan iklim, sehingga perlu dilindungi dengan sebuah peraturan daerah.
Aktivis lingkungan dari Vital Institute, Zamroni di Rembang, Minggu (10/4) mengatakan populasi burung blekok dan kuntul memang terbilang berkurang drastis. "Pada 1990-an, populasi burung ini begitu banyak. Jumlahnya ribuan di tiap daerah. Namun, kini, populasinya menipis tinggal beberapa saja di tiap daerah. Tentu ini sangat jelas terpantau," katanya.

Menurut ia, kedua burung tersebut memiliki fungsi ekologi yang penting bagi alam, antara lain sebagai penyerbuk sejumlah tanaman dan pemangsa hama pertanian.

"Menipisnya populasi burung blekok dan kuntul ini juga berkorelasi dengan mengganasnya serangan hama-hama pertanian belakangan ini. Tak ada lagi pemangsa hama-hama di sawah, seperti wereng atau pengerek batang, karena populasi kedua burung tadi yang minim. Akhirnya, petani lagi-lagi sangat menggantungkan pemberantasan hama dari pestisida saja," katanya menandaskan.

Populasi burung blekok dan kuntul, lanjut ia, juga semakin terancam oleh perubahan iklim, selain oleh perburuan. Ia menyebutkan, sebenarnya kedua burung ini telah mendapatkan perlindungan dari Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

"Namun, di tingkat daerah, belum ada peraturan yang secara khusus mengatur tentang pelestarian hayati berikut upaya-upaya menjaga ekosistem alam, sehingga keberadaan peraturan tersebut menjadi diperlukan," katanya menambahkan.

Iwan Rimbawan (36), salah seorang warga RT 1 RW 5 Desa Sale, Kecamatan Sale mengatakan populasi blekok dan kuntul memang semakin terancam. "Dulu, ketika 1980-an, setiap hari, begitu banyak bisa dijumpai blekok dan kuntul. Akan tetapi, sekarang jumlahnya tinggal satu dua saja di sawah," katanya.

Menurutnya, menipisnya populasi kedua burung tersebut bukan karena perburuan, melainkan karena perubahan iklim secara ekstrim. "Pasalnya, populasi blekok mulai berkembang saat musim mendekati kemarau. Blekok juga tergolong sebagai burung yang cukup sulit diburu dan hidupnya berpindah-pindah," katanya.

Sugianto (48), warga Dusun Nglakeh Desa Logede, Kecamatan Sumber mengatakan baik perburuan maupun perubahan iklim, sama-sama menjadi penyebab menipisnya populasi blekok dan kuntul.

"Memang, kedua burung itu merupakan pemangsa hama-hama di sawah. Barangkali ketiadaan burung-burung itu sekarang, menjadi merajalelanya hama-hama di lahan pertanian. Soal perlu tidak dilindungi, tentu harus," katanya. (Pujianto-02)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar